Friday, May 20, 2011

Pancaran Gelombang Energi Elektromagnetik

Pengantar
                                                    
Saat bumi bergerak mengelilingi porosnya, ia  melepaskan arus negatif dan arus positif. Pada pertemuan antara kedua arus bumi melepaskan gelombang energi elektromagnetik yang membuat semua makhluk di atasnya hidup. Hal yang sama juga terjadi dalam tubuh fisik manusia. Setelah tersalurnya energi Rei ke dalam tubuhnya, semua cakra aktif, sehingga dapat bergerak ke kanan dan  ke kiri. Saat cakra bergerak ke kiri, selain membuang  racun tetapi juga melepaskan gelombang energi elektromagnetik. Apa dampak pelepasan gelombang energi elektromagnetik terhadap tubuh fisik dan tubuh energi? Masalah ini akan diulas secara gamblang dalam uraian berikut ini. 

1. Life Force Energy
Jumlah  gelombang energi Ilahi yang diterima oleh  roh, tubuh energi dan tubuh fisik anda tergantung seberapa  lebar jalur antakarana anda. Semakin lebar jalur antakarana semakin banyak gelombang energi Ilahi yang  masuk atau diterima. Gelombang energi itu mengalir masuk melalui jalur sushumna. Pada saat gelombang energi Ilahi melintasi jalur sushumna, sebagian  cakra mulai mendapatkan suplai energi, sehingga menggerakkan cakra untuk bekerja.
            Pertanyaannya adalah berapa banyak cakra yang aktif dalam diri seseorang yang telah menerima attunement Reiki? Dalam semua tradisi Reiki yang berkembang saat ini diakui bahwa banyaknya  cakra yang aktif dan  berputar sangat tergantung berapa banyaknya energi Ilahi yang masuk. Semakin banyak  energi Ilahi yang terserap, maka semakin banyak cakra yang aktif, dengan sistem kerja berputar ke kanan dan ke  kiri. Pada saat cakra itu  berputar ke kanan, maka cakra tersebut menyerap energi Ilahi atau energi  alam semesta.
Dalam literatur Reiki   gelombang energi ilahi disebut juga dengan istilah “subtle energy” (energi halus)  atau energi dasar. Dalam bahasa Jepang energi dasar ini disebut “Rei”.  Pada saat cakra-cakara berputar ke kanan, maka cakra-cakra tersebut langsung menyerap “subtle energy”, kemudian mereka menyalurkan energi halus itu ke bagian  tubuh yang sakit atau organ yang membutuhkan.
            Selain gelombang energi Ilahi, dalam Reiki juga kita mengenal gelombang energi eletromagnetik. Gelombang energi yang disebut terakhir ini adalah energi yang dihasilkan oleh  bumi saat berputar mengelilingi porosnya. Ketika berputar bumi secara simultan melepaskan arus energi positif dan energi negatif. Pertemuan antara arus positif dan negatif ini menghasilkan gelombang energi elektromagnetik. Ini seperti lampu listrik yang menyala karena bertemunya arus positif dan negatif. Gelombang energi ini disebut life force energy atau energi kehidupan, atau dalam bahasa Jepang disebut “Ki”.
            Gelombang energi eletromagnetik selain dilepas oleh bumi, tetapi juga dilepaskan atau dipancarkan oleh cakra-cakra yang sudah aktif dalam tubuh anda. Lalu bagaimana proses itu berlangsung. Setelah berputar ke  kanan, cakra-cakra itu kemudian berputar ke kiri. Pada saat berputar  ke kiri, cakra-cakra itu melepaskan atau membuang energi kotor, tetapi pada saat yang sama mereka juga melepaskan ion positif dan ion negatif.
Seperti bumi berputar mengelilingi porosnya dan pada saat yang bersamaan melepaskan arus energi positif dan arus energi negatif, demikian juga saat cakra-cakra berputar ke kiri melepaskan ion positif dan ion negatif. Saat ion positif dan ion  negatif bertemu di  tubuh eter  mengalami proses ionisasi, yang menyebabkan terjadi ledakan cahaya. Ledakan itu menyebabkan terbentuknya gelombang energi elektromagnetik.

2. Tubuh Eterik
            Apa yang dimaksudkan tubuh eter? Istilah ini sesungguhnya terkait unsur-unsur yang  terdapat dalam tubuh manusia. Dalam diri manusia ada lima dimensi, yaitu dimensi tanah, dimensi air, dimensi udara, dimensi api, dan dimensi eterik atau dimensi gas. Yang termasuk dimensi tanah adalah tubuh fisik yang di dalamnya terdapat tulang dan  daging. Dimensi air karena sekitar 60 persen hingga 70 persen tubuh kita terdiri atas air. Dimensi udara, karena semua tubuh kita dipenuhi oleh udara (O²). Sedangkan dimensi api, karena dari semua jenis makanan yang kita makan lalu diubah menjadi gula atau glukosa, kemudian glukosa ini atas bantuan oksigen dan hormon insulin  dibakar, sehingga menghasilkan  panas, karena itu disebut sebagai unsur api.
Kempat dimensi atau unsur itu mengalami emanasi  sehingga menghasilkan eter atau gas. Dalam ilmu fisika emanasi  merupakan gas atau cahaya yang dipancarkan oleh suatu zat. Sementara dalam pemahaman filsafat emanasi berkaitan dengan doktrin penciptaan atau terjadinya dunia. Dunia terjadi karena proses di mana yang ilahi meleleh atau mengalir keluar[1].
Emanasi yang diuraikan di sini lebih dekat ke pengertian fisika. Setelah keempat dimensi dalam tubuh mengalami emanasi kemudian meradiasi keluar dalam bentuk gas. Gas yang terbentuk itu  disebut eter (eterik)  dan jaraknya sekitar 60 cm di luar tubuh fisik anda. Di dalam tubuh eterik ion positif dan ion negatif yang dihasilkan  oleh cakra saat bergerak kiri setelah mengalami proses ionisasi membentuk gelombang energi elektromagnetik. 
Lalu bagaimana  hubungan gelombang energi elektromagnetik dengan hidup sehat. Dalam teknik  penyembuhan Reiki seseorang dikatakan sehat  kalau tubuh  fisiknya memiliki getaran gelombang energi elektromagnetik yang  cukup kuat.  Gelombang energi itu terbentuk karena cakra-cakra dalam diri anda aktif. Setelah  aktif  cakra-cakra itu mengalirkan energi ke bagian organ tubuh yang menjadi tanggung jawabnya untuk membuang energi kotor  dari dalam tubuh, tetapi sekaligus melepaskan gelombang energi elektromagnetik untuk memperbaiki sistem kerja organ tubuh yang sakit itu. Kalau getaran gelombang energi ini dalam diri anda sangat kuat, maka penyakit sulit mencari celah untuk menerobos masuk ke dalam tubuh fisik anda, dengan demikian anda menjadi sehat. Tetapi juga harus dicatat, kualitas gelombang energi ini sangat ditentukan oleh seberapa banyak cakra yang aktif dalam diri anda.

3. Menyiapkan Tersalurnya Energi
           
Dalam beberapa literatur Reiki banyak menulis bahwa saat melakukan attunement Reiki kepada seorang praktisi, yang terjadi adalah membuka cakra-cakra. Menurut kami ini sebuah pemahaman  yang keliru, tidak ada cakra yang dibuka saat melakukan attunement. Yang dilakukan dalam kegiatan penyelarasan  adalah menyiapkan tersalurnya sumber energi untuk menggerakkan cakra-cakra. Karena kekurangan energi, maka sebagian dari cakra-cakra itu tidak bekerja alias diam saja. Cakra sebenarnya sudah terbuka, tetapi ukuran sangat kecil. Sebelum di-attunement lebar jalur antakarama, tempat masuknya energi ilahi di cakra mahkota hanya selebar satu inci atau sehelai rambut. Namun setelah di-attunement Reiki lebar jalur antakarana berkali-kali lipat dan bahkan ukurannya  selebar kepala.  
            Kemudian sehubungan dengan pola pemahaman tentang adanya  penyumbatan dalam cakra  perlu juga dikoreksi. Realitas yang terjadi kalau cakra tidak bisa menyalurkan energi atau tidak bergerak, itu bukan karena penyumbatan dalam cakra. Sesungguhnya yang terjadi kalau cakra-cakra dalam tubuh fisik diam  lebih disebabkan karena cakra-cakra itu tidak mendapatkan suplai energi yang cukup yang membuatnya bergerak atau berputar ke kanan dan ke kiri.
            Dampak yang terjadi kalau cakra-cakra dalam tubuh fisik anda tidak berfungsi, anda akan mudah sakit. Sebenarnya secara alami anda mudah mengetahui, baik pada orang yang belajar Reiki maupun orang yang belum  belajar Reiki, apakah orang itu sehat atau sakit. Itu bisa diketahui dari jalur antakarananya. Kalau jalur ini  mengalami  bloking atau sama kali tidak ada gelombang energi Ilahi yang mengalir, maka secara energi orang tersebut tidak terbentuk  gelombang energi elektromagnetiknya. Itu berarti dia sakit. Di atas kita sudah melihat bahwa banyaknya getaran gelombang energi eletromagnetik yang dipancarkan dari tubuh fisik seseorang, membuat penyakit  sulit masuk dalam  tubuh orang itu.
            Tetapi bagaimana mengukurnya apakah seseorang itu memancarkan gelombang energi elektromagnetik atau tidak. Dulu orang mungkin menerima begitu saja ketika seorang Reiki master menceritakan pengalamannya bahwa dirinya telah mengalami pelebaran jalur  energi atau jalur antakarana selebar tubuhnya. Tetapi bagi anda sebagai praktisi tingkat satu atau yang tidak belajar Reiki mungkin agak sulit untuk memahami dan menerima karena tidak ada alat ukur. Namun kecemasan seperti itu bisa diatasi dengan menggunakan alat ukur seperti dosing atau pendulum (Lihat Bab XV Aplikasi Pendulum di Kasih Agung Reiki) lainnya  untuk mengukur aura atau gelombang energi elektromagnetik seseorang. Alat ukur seperti dosing sudah diakui secara internasional. Dan alat ini tidak hanya mengukur aura tetapi juga bisa mendeteksi  titik temu jalur  energi positif dan jalur energi negatif yang dipancarkan bumi.
            Dengan alat ini anda dapat mengetahui apakah jalur antakarana seseorang terbentuk atau tidak. Secara prinsip jalur itu sudah terbentuk sejak manusia lahir. Namun dalam perjalanan hidup kita,  karena pola hidup dan berbagai tekanan hidup dengan segala dimensi persoalannya, jalur itu mengalami penyumbatan. Akibatnya tidak terbentuknya gelombang energi elektromagnetik di dalam tubuh. Tetapi perlu digarisbawahi di sini yang tersumbat bukan cakra melainkan jalur energi.
           
4. Lebar Jalur  Energi
Lebar jalur energi pada kebanyakan orang sebelum di-attunement Reiki hanya setengah milimeter, dan bahkan ada yang hanya sehelai rambut. Pada tradisi Reiki pada umumnya, setelah di-attunement lebar garis tengah jalur energi mencapai 4 hingga 5 cm untuk praktisi tingkat satu. Sementara praktisi Reiki tingkat satu yang di-atturnement  di Kasih Agung Reiki, lebar jalur energi menjadi 400 hingga 900 meter, sehingga dapat mengakses gelombang energi Ilahi dalam jumlah yang tidak terbatas.
 Tetapi dalam teknik penyembuhan Reiki, meskipun lebar jalur energi (jalur antakarana) hanya  4 hingga 5 cm, namun sekitar 10 hingga 20 persen   dari cakra-cakranya sudah mendapat suplai dari energi Ilahi. Tersalurnya energi Ilahi itu menggerakkan cakra-cakra, sehingga terbentuklah gelombang energi elektromagnetik yang cukup bagi seorang praktisi. Namun, itu belum cukup untuk dibagikan kepada orang lain.  
Pada penyelarasan tingkat 2 untuk tradisi Reiki pada umumnya, lebar jalur  akses   energi mencapai  6 cm  hingga 7 cm. Sedangkan atturnement tingkat 3 atau tingkat master pribadi, jalur energi mencapai selebar kepala.  Dengan lebar jalur antakarana seukuran lebar kepala,  maka hampir  pasti sekitar 50 persen  dari cakra-cakra itu mulai aktif berputar ke kanan dan ke kiri, karena sumber energi Ilahi terus menerus mengalir  ke dalam tubuh fisik. Saat dia melakukan terapi,  baik untuk diri sendiri maupun orang lain, tubuh fisiknya selalu berada dalam kondisi sehat. Kondisi ini juga terjadi karena terbentuknya gelombang energi elektromagnetik yang cukup kuat.

5. Telapak Tangan sebagai Pintu Keluar
            Telapak tangan kiri dan telapak tangan kanan anda merupakan pintu keluar energi yang masuk melalui jalur antakarana dan terus mengalir lewat jalur sushumna. Semua cakra berhubungan dengan jalur sushumna sehingga mendapatkan energi ilahi. Antara cakra jantung  yang mendapat aliran energi dari jalur sushumna dengan telapak tangan dihubungkan dengan “jalur eterik”. Pada saat anda sebagai praktisi berniat menyalurkan energi ilahi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, energi mengalir lewat jalur eterik, yang membawa energi itu kepada telapak tangan kiri dan telapak tangan kanan.
Energi yang mengalir dari telapak tangan kiri dan kanan anda merupakan  gelombang energi Ilahi. Energi itu bersifat cerdas, karena dia secara otomatis mengalir kepada bagian tubuh yang sakit atau organ yang membutuhkannya. Saat anda melakukan terapi untuk diri sendiri dapat dimulai dengan menempelkan kedua tangan di cakra ajna, kemudian dilanjutkan ke cakra-cakra lain, hingga ke telapak kaki.
Tetapi kalau melakukan terapi untuk  orang lain, penyaluran tahap pertama dimulai dengan memegang pundak pasien.  Tujuannya adalah untuk membersihkan jalur sushumna dari pasien itu, sehingga terjadi keseimbangan jalur energi dingin (Yin) dan jalur energi panas (Yang). Pundak pasien juga dipegang karena  jalur antakarana dari si pasien mengalami bloking, sehingga tidak mendapatkan suplai  energi Ilahi. Setelah memegang pundak 3 hingga 5 menit, jalur-jalur energi yang sebelumnya ter-bloking, mengalami pembersihan. Sehingga energi dapat mengalir   lancar ke tubuh fisik pasien.
            Setelah jalur sushumna mengalami pembersihan, selanjutnya anda menyalurkan energi ke cakra-cakra mayor dari si pasien. Pertama, anda mulai dengan  menempelkan tangan di cakra ajna depan dan belakang pasien, supaya gelombang energi ilahi segera melakukan tindakannya  untuk menghilangkan rasa sakit pada bagian cakra yang bermasalah atau organ tubuh yang sakit, dan tentu juga membersihkan cakra-cakranya secara langsung.
            Saat melakukan terapi ada sensasi-sensasi yang muncul di telapak tangan  anda. Sensasi itu menunjukkan ada bagian tubuh pasien yang bermasalah atau sakit. Anda merasa seperti ada  panas atau rasa ditarik dari yang biasanya di telapak tangan saat menyalurkan energi. Itu berarti energi yang keluar dari telapak tangan, baik secara kualitas maupun kuantitas, banyak yang mengalir.  Itu disebabkan karena di tempat yang sedang anda  salurkan energi, ada masalah atau penyakit. Kalau masalah atau penyakitnya mulai berkurang, maka sensasi rasa panas mulai turun.
            Tetapi kalau berhadapan dengan penyakit-penyakit berat, seperti tumor atau kanker, sensasi yang keluar dari telapak tangan anda seperti memegang bara api dan tidak pernah  menurun. Kalau anda sudah menyalurkan energi selama  3 menit  hingga 10 menit, atau bahkan satu jam,  tetap ada rasa panas, maka itu berarti penyakitnya terlalu berat. Terapinya membutuhkan waktu yang lama.
            Dalam melakukan terapi mungkin anda sering menemukan  fenomena seperti bunyi “krek” yang keluar dari tubuh pasien, terutama kalau diterapi di bagian perut atau di persambungan tulang. Bunyi itu menunjukkan gejala bahwa ada bagian tubuh  fisik pasien yang mengalami penyumbatan, entah otot, darah, atau syaraf. Nah, saat penyaluran energi Reiki, maka penyumbatan itu dibongkar. Pada saat terjadi pembongkaran muncul sensasi dalam bentuk bunyi. Bunyi itu muncul karena penyebab penyakit sedang  dinetralisir atau dibuang oleh gelombang energi Ilahi yang memperbaiki sistem kerja bagian tubuh yang bermasalah. Kalau pasiennya kembung, maka dia kentut karena anginnya didorong keluar. Itulah sebabnya energi Ilahi bersifat cerdas.
            Anda juga mungkin menemukan kasus lain seperti lutut goyang saat terapi di atas lutut yang sakit. Sensasi seperti goyang menunjukkan bahwa energi Ilahi yang mengalir ke lutut yang bermasalah itu, sedang melakukan proses pembetulan pada otot-otot atau syaraf-syaraf yang sedang sakit. Kalau tidak segera dilakukan terapi atau pengobatan, maka bisa menyimpan trauma. Masalah itu akan muncul lagi saat usia semakin tua, yang dikenal dengan istilah trauma fisik. Trauma itu muncul karena proses penyembuhan dulu tidak sempurna. Tetapi dengan teknik penyembuhan Reiki bloking pada tubuh fisik,  entah trauma fisik maupun energi, dapat dibetulkan kembali.
            Dalam melakukan terapi, sebagai praktisi anda mungkin sering menemukan pasien yang mengeluh sakit di kepala. Tetapi pada saat melakukan terapi di kepala  tidak ditemukan ada tanda-tanda sakit di kepala. Ini bisa diketahui dari ada tidaknya sensasi di kedua telapak tangan anda saat menempelkan tangan di kelapa pasien tersebut. Gejala ini sering disebut sakit yang bersifat simtom. Sumber sakit bukan di kepala, tetapi bisa di lambung, ulu hati, jantung, atau bagian organ tubuh yang lain. Di kepala hanya muncul gejala sakit, karena saat melakukan terapi tidak ada energi yang mengalir ke situ.  Itu berarti harus mencari sumber sakit di tempat lain. Untuk itu anda harus melakukan terapi  yang menyeluruh untuk mendeteksi sumber sakit. Kasus seperti darah tinggi biasanya muncul gejala sakit di kepala. Tetapi sumber sakitnya sesungguhnya bukan di kepala tetapi di jantung, untuk terapinya harus dilakukan di cakra jantung. Kalau cakra jantung kembali bekerja dalam kondisi normal, maka rasa sakit di kepala pun hilang. Hal yang sama juga  terjadi kalau ada masalah di lambung, muncul gejala sakit di kepala. Sumber sakitnya bisa terdeteksi saat banyaknya energi yang mengalir ke cakra solar plexus.   Begitu lambungnya sembuh di cakra solar pleksus, maka dengan sendiri sakit kepalanya hilang.
            Adanya signal dengan banyaknya aliran energi  yang mengalir ke suatu tempat yang bermasalah  atau sama sekali tidak ada energi yang mengalir  menunjukkan bahwa energi Reiki  ini bersifat cerdas. Artinya  energi ini akan memberikan signal kepada anda bahwa di tempat di mana anda lakukan terapi sedang ada masalah  atau tidak ada masalah.
            Tetapi karena Reiki  adalah sebuah metode penyembuhan, maka ada masalah atau tidak ada masalah, anda  mesti menyalurkan energi sesuai dengan standar. Misalnya, standarisasi untuk  terapi adalah minimal tiga menit, baru dipindahkan ke tempat yang lain.
            Pertanyaan adalah mengapa minimal  harus tiga menit? Tiga menit ini berkaitan dengan kuantitas dan kualitas energi. Secara kuantitas,  semakin lama  energi yang disalurkan, maka semakin banyak energi yang tersalurkan. Kami sudah melakukan uji coba dengan mengalirkan energi Reiki di atas segelas air putih biasa. Sebelum  diberi energi, air itu tidak memancarkan gelombang energi elektromagnetik. Jadi air itu masih bersifat pentagonal. Setelah disalurkan energi, air tersebut memancarkan gelombang energi elektromagnetik, atau berubah menjadi air heksagonal.
            Kami coba menyalur energi  ke  atas air itu dengan Teknik Usui Tibetan selama satu menit dengan kalimat afirmasi:  “Usui Tibetan On”. Air itu ternyata merekam gelombang energi Ilahi yang mengalir melalui telapak tangan.  Lalu berapa banyak energi yang disalurkan? Setelah satu menit kami mengukur pancaran gelombang energi dengan alat ukur dosing. Air tersebut memancarkan gelombang energi elektromagnetik selebar 5 meter. Itu berarti kalau penyaluran energi selama 3 menit, maka pancaran gelombang energi sejauh 15 meter. Itulah kualitas dan kuantitas dari energi yang disalurkan atas air  tersebut.
            Hal  yang sama bisa juga berlaku untuk terapi pasien. Semakin lama  energi yang disalurkan maka semakin banyak juga energi yang tersalur  ke dalam tubuh pasien. Dampak yang terjadi, selain  cakra-cakra dari pasien tersebut dibersihkan, tetapi keluhan rasa sakit semakin berkurang. Tetapi harus juga dicatat penyembuhan itu terjadi tergantung pada kualitas energi yang disalurkan. Semakin banyak energi yang  tersimpan, maka kualitasnya akan semakin baik.


[1]  Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996